Tidak ada kenaikan atau penurunan dalam hal harga apartemen di Jakarta.
Pada kuartal II 2016 ini harga apartemen cenderung flat karena kebanyakan pengembang masih bertahan pada harga awal proyeknya untuk bisa tetap menarik pembeli di saat situasi pasar seperti saat ini.
Proyek apartemen yang baru diluncurkan dipatok dengan harga lebih rendah apabila dibandingkan dengan rata-rata harga pasar yang dapat menghambat pertumbuhan harga lebih lanjut.
Untuk tingkatan lebih besar, pengembang cukup khawatir terhadap lemahnya daya beli konsumen yang tecermin melalui data Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa produk domestik bruto (PDB) Indonesia hanya tumbuh 4,92 persen pada kuartal I 2016.
Hal itu lebih rendah dari ekspektasi yang dicanangkan, yakni di atas 5 persen.
Oleh sebab itu, Colliers International Indonesia melihat pengembang saat ini lebih memanfaatkan peran bank untuk bisa berkompromi dengan situasi pasar.
Salah satu pemanfaatan peran bank terlihat dari pemberian skema installment sebagai metode dasar pembelian apartemen.
Bahkan pada beberapa kasus, pengembang memberikan diskon tambahan mulai dari 3 persen sampai 5 persen, tergantung dari periode cicilan.
Semakin lama cicilan, maka semakin sedikit diskon yang diperoleh konsumen.
Selama kuartal II 2016, harga rata-rata yang ditawarkan apartemen Jakarta adalah Rp 31 juta per meter persegi, naik moderat 0,5 persen dari kuartal II 2015 atau triwulaanan dan 9 persen dari tahun 2015 keseluruhan atau tahunan.
Di Jakarta Selatan, harga apartemen yang ditawarkan saat ini adalah Rp 36 juta per meter persegi, tumbuh 1,1 persen kuartalan dan 11,3 persen tahunan.
Apartemen di Jakarta Selatan masih menjadi lokasi tujuan untuk tinggal karena adanya peningkatan penjualan selama kuartal pertama kemarin.
Selain itu, beberapa pengembang juga menaikkan harga apartemen ketika mendekati waktu serah terima.
Apartemen di area Central Business District (CBD) Jakarta masih menjadi yang termahal karena tercatat berada di angka Rp 48 juta per meter perseginya.
Sumber: Kompas